Text
Geger perang bubat
Ini dia satu novel menggetarkan tentang sebuah perang yang memicu ketidakharmonisan berkepanjangan dua kerajaan besar di tanah Jawa: Majapahit dan Pajajaran!
Di lapangan Bubat, rombongan Pasundan itu ditempatkan, bukan di kota raja Trowulan. Kedatangan utusan Patih Gajah Mada yang menyampaikan bahwa pinangan terhadap putri Sri Baduga, Dyah Pitaloka, diundur kecuali sang putri diserahkan sebagai tanda takluk menyulut emosi Raja Pasundan itu. Perang pun tak terhindarkan. Sedikitnya pasukan yang dibawa membuat Sri Baduga harus membayar kelalaian itu dengan nyawanya. Sang putri pun memilih melakukan bela pati.
Terpukul dengan kematian Dyah Pitaloka, Raja Hayam Wuruk menuduh Patih Gadjah Mada sebagai orang yang paling bertanggung jawab. Ia pun membuang sang patih dari kota raja. Sebelum eksekusi dilakukan, atas perintah Mahawreddhamantri Mahaputeradwa, serombongan pasukan menyerang rumah Patih Gadjah Mada. Raja Hayam Wuruk bertambah murka. Ia lalu mengirim seseorang mengawasi gerak-gerik sang kepala dewan kerajaan. Saat itulah, semuanya menjadi jelas siapa yang kawan dan siapa yang lawan.
Sebuah novel yang memotret pergolakan Majapahit di masa Mahapatih Gadjah Mada menjalani amukti palapa atau beristirahat setelah bekerja keras. Konflik dan intrik perebutan kekuasaan yang diramu dengan apik menjadikan novel ini begitu memikat.
F148/2016/001 | 813 Wah g | Rak Koleksi Umum (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain